NULIS, yuk! part 2



EFEK INDUKSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
versi Taufiqur Rohim – KALium’15
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, senyawa kimia umumnya adalah gabungan dari beberapa unsur kimia yang saling berikatan. Teori ikatan kimia yang umum kita ketahui adalah ikatan ionik, ikatan kovalen (polar & non-polar) dan ikatan logam. Ketiga jenis ikatan ini pernah dianalogikan oleh salah seorang dosen kimia dengan perumpamaan ikatan yang terjadi antar sesama manusia. Misalnya, ikatan kovalen yang dianalogikan dengan ikatan suami-istri yangmana semua hartanya menjadi milik berdua untuk digunakan bersama-sama.
Seiring dengan bertambahnya materi kuliah yang diperoleh, kita akan mengetahui bahwa semakin banyak ikatan dalam suatu senyawa kimia akan dapat memberikan banyak pengaruh pula pada unsur-unsur tertentu dalam senyawa tersebut. Salah satu contohnya, di mata kuliah Kimia Organik kita akan diperkenalkan dengan adanya Efek Induksi, yangmana secara teoretis terdapat efek Induksi Positif maupun efek Induksi Negatif.
Sebagai contoh, untuk memudahkan pemahaman kita terkait efek induksi secara teori ini, misalnya : Jika atom C (Cx) berikatan dengan atom Cl di satu sisi dan berikatan pada atom C (Cy) lain di sisi lainnya {Cy-Cx-Cl}, maka akibat dari pengaruh atom Cl akan membuat elektron pada ikatan Cx-Cl didermakan sebagian ke atom Cl (karena atom Cl lebih elektronegatif) sehingga atom Cx sedikit kekurangan elektron. Keadaan atom Cx ini menyebabkan atom Cy harus ikut mendermakan juga sebagian elektronnya pada ikatan Cy-Cx. Keadaan inilah yang kemudian dikenal sebagai efek induksi.
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tahu bahwa semakin banyak kita memiliki ikatan (memiliki banyak jaringan), sedikit banyak pasti kita akan mendapatkan pengaruh oleh orang-orang yang berikatan dengan kita, baik itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Nah, ketika kita melihat realitas mahasiswa zaman now, sebagian dari kita pasti sependapat bahwa mayoritas mahasiswa sekarang ini terkesan lebih mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya dalam segi pemikiran, terutama dengan orang yang mempunyai ikatan lebih dekat dengannya. Dalam artian, semisal ada suatu isu permasalahan, secara tidak sadar kita akan menyikapi isu tersebut sebagaimana sikap yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita (tanpa kita lakukan analisis-kritis / klarifikasi yang lebih detail).
Demikianlah salah satu bentuk korelasi efek Induksi di dalam kehidupan mahasiswa zaman now. Padahal ketika kita menengok idealitas mahasiswa tempo doeloe, kita akan sama-sama setuju untuk menyebut mahasiswa sebagai agen intelektual yang semestinya memiliki wawasan luas dan mempunyai nalar kritis dalam menganalisis suatu permasalahan, sehingga mereka kerapkali berdialektika (beradu argumentasi atau bertukar opini), terutama dengan orang di dekatnya. Dengan demikian, pemikiran mereka akan menjadi lebih terbuka dan tidak terkesan hanya ikut-ikutan saja, melainkan memang didasarkan pada hasil analisis yang dilakukan secara kritis.
Mungkin sikap mudah terpengaruh ini memang bukanlah hal baru dalam kehidupan mahasiswa. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena ini kini seolah lebih marak dari masa-masa sebelumnya. Oleh karenanya, keinginan untuk menyusun tulisan ini sebenarnya muncul karena dewasa ini sudah semakin marak terjadi “perang” pengaruh dalam kehidupan mahasiswa. Dalam artian, masing-masing “oknum” kini saling beradu untuk mempengaruhi mahasiswa, baik dari sisi agamanya, pola hidupnya, paradigma pemikirannya dan lain sebagainya.
Di sisi lain, makna pengaruh orang dekat (efek induksi) ini sebenarnya bukan hanya dari segi pemikiran belaka, melainkan juga dari segi karakter (sifat dan perilaku). Contoh kasus, ada mahasiswa(A) yang sering dekat dengan orang berkarakter pemarah, maka lambat-laun karakter mahasiswa(A) tersebut akan ikut menjadi pemarah. Begitupun ketika mahasiswi(B) dekat dengan orang yang berkarakter santun, maka mahasiswi(B) itu pun akan ikut berkarakter santun. Hal ini sebenarnya pernah dianalogikan dalam perumpamaan, bahwa “orang yang berada di dekat penjual minyak wangi, maka ia akan ikut jadi wangi, (Begitupun  dalam konotasi yang negatif)”.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa karakter mahasiswa zaman now ini seolah-olah telah diseragamkan oleh sistem yang ada, melalui metode efek induksi. Sebagaimana kita tahu, salah satu sistem yang diseragamkan bagi mahasiswa zaman now adalah tuntutan untuk cepat lulus dengan konsekuensi harus fokus pada sisi akademik dan mau tak mau harus mengenyampingkan hal-hal yang dianggap bertentangan dengan akademik, seperti organisasi misalnya. Akibatnya, mahasiswa zaman now menjadi kurang bisa mengembangkan softskillnya dan hanya mengembangkan hardskillnya saja. Adapun metode efek induksi yang dimaksud di sini adalah kondisi di saat mahasiswa(A) terpengaruh oleh mahasiswi(B) yang dekat dengannya, sehingga ia akan memiliki pemikiran dan karakter yang serupa dengan mahasiswi(B).
Yaaaa, mungkin demikianlah sedikit pandangan penulis tentang keterkaitan efek induksi dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mahasiswa zaman now. Jadi, efek induksi ini sebenarnya bisa berkonotasi negatif jika efek yang dirasakan itu memberikan pengaruh negatif. Tetapi di sisi lain juga bisa bermakna positif jika efek yang dirasakan itu merupakan pengaruh positif.

Komentar

Postingan Populer