NULIS, yuk! part 2
EFEK INDUKSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
versi Taufiqur Rohim –
KALium’15
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, senyawa
kimia umumnya adalah gabungan dari beberapa unsur kimia yang saling berikatan. Teori
ikatan kimia yang umum kita ketahui adalah ikatan ionik, ikatan kovalen (polar
& non-polar) dan ikatan logam. Ketiga jenis ikatan ini pernah dianalogikan
oleh salah seorang dosen kimia dengan perumpamaan ikatan yang terjadi antar
sesama manusia. Misalnya, ikatan kovalen yang dianalogikan dengan ikatan
suami-istri yangmana semua hartanya menjadi milik berdua untuk digunakan
bersama-sama.
Seiring dengan bertambahnya materi kuliah yang diperoleh,
kita akan mengetahui bahwa semakin banyak ikatan dalam suatu senyawa kimia akan
dapat memberikan banyak pengaruh pula pada unsur-unsur tertentu dalam senyawa
tersebut. Salah satu contohnya, di mata kuliah Kimia Organik kita akan diperkenalkan
dengan adanya Efek Induksi, yangmana secara teoretis terdapat efek Induksi
Positif maupun efek Induksi Negatif.

Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tahu bahwa semakin
banyak kita memiliki ikatan (memiliki banyak jaringan), sedikit banyak pasti
kita akan mendapatkan pengaruh oleh orang-orang yang berikatan dengan kita,
baik itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Nah, ketika kita melihat
realitas mahasiswa zaman now, sebagian
dari kita pasti sependapat bahwa mayoritas mahasiswa sekarang ini terkesan
lebih mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya dalam segi pemikiran,
terutama dengan orang yang mempunyai ikatan lebih dekat dengannya. Dalam artian,
semisal ada suatu isu permasalahan, secara tidak sadar kita akan menyikapi isu
tersebut sebagaimana sikap yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan
kita (tanpa kita lakukan analisis-kritis / klarifikasi yang lebih detail).
Demikianlah salah satu bentuk korelasi efek Induksi
di dalam kehidupan mahasiswa zaman now.
Padahal ketika kita menengok idealitas mahasiswa tempo doeloe, kita akan sama-sama setuju untuk menyebut mahasiswa
sebagai agen intelektual yang semestinya memiliki wawasan luas dan mempunyai
nalar kritis dalam menganalisis suatu permasalahan, sehingga mereka kerapkali
berdialektika (beradu argumentasi atau bertukar opini), terutama dengan orang
di dekatnya. Dengan demikian, pemikiran mereka akan menjadi lebih terbuka dan
tidak terkesan hanya ikut-ikutan saja, melainkan memang didasarkan pada hasil
analisis yang dilakukan secara kritis.
Mungkin sikap mudah terpengaruh ini memang bukanlah
hal baru dalam kehidupan mahasiswa. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena
ini kini seolah lebih marak dari masa-masa sebelumnya. Oleh karenanya, keinginan
untuk menyusun tulisan ini sebenarnya muncul karena dewasa ini sudah semakin
marak terjadi “perang” pengaruh dalam kehidupan mahasiswa. Dalam artian,
masing-masing “oknum” kini saling beradu untuk mempengaruhi mahasiswa, baik
dari sisi agamanya, pola hidupnya, paradigma pemikirannya dan lain sebagainya.
Di sisi lain, makna pengaruh orang dekat (efek
induksi) ini sebenarnya bukan hanya dari segi pemikiran belaka, melainkan juga
dari segi karakter (sifat dan perilaku). Contoh kasus, ada mahasiswa(A) yang sering
dekat dengan orang berkarakter pemarah, maka lambat-laun karakter mahasiswa(A)
tersebut akan ikut menjadi pemarah. Begitupun ketika mahasiswi(B) dekat dengan
orang yang berkarakter santun, maka mahasiswi(B) itu pun akan ikut berkarakter
santun. Hal ini sebenarnya pernah dianalogikan dalam perumpamaan, bahwa “orang yang berada di dekat penjual minyak
wangi, maka ia akan ikut jadi wangi, (Begitupun dalam konotasi yang negatif)”.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa karakter mahasiswa zaman now ini seolah-olah telah diseragamkan oleh
sistem yang ada, melalui metode efek induksi. Sebagaimana kita tahu, salah satu
sistem yang diseragamkan bagi mahasiswa zaman
now adalah tuntutan untuk cepat lulus dengan konsekuensi harus fokus pada
sisi akademik dan mau tak mau harus mengenyampingkan hal-hal yang dianggap
bertentangan dengan akademik, seperti organisasi misalnya. Akibatnya, mahasiswa
zaman now menjadi kurang bisa
mengembangkan softskillnya dan hanya
mengembangkan hardskillnya saja.
Adapun metode efek induksi yang dimaksud di sini adalah kondisi di saat
mahasiswa(A) terpengaruh oleh mahasiswi(B) yang dekat dengannya, sehingga ia
akan memiliki pemikiran dan karakter yang serupa dengan mahasiswi(B).
Yaaaa, mungkin demikianlah sedikit pandangan penulis
tentang keterkaitan efek induksi dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi
mahasiswa zaman now. Jadi, efek
induksi ini sebenarnya bisa berkonotasi negatif jika efek yang dirasakan itu
memberikan pengaruh negatif. Tetapi di sisi lain juga bisa bermakna positif
jika efek yang dirasakan itu merupakan pengaruh positif.
Komentar
Posting Komentar